Hidup Dalam Bayang Kematian

Indonesia ialah negeri yang indah kalau dipandang mata, terdapat banyak suku, budaya dan agama yang hidup saling berdampingan. Di negeri ini saya dilahirkan, dipelukan ibu saya dibesarkan. Tetesan susumu memberiku impian untuk hidup di periode depan. Ketika berkembang dewasa saya hendak pergi meninggalkanmu, doamu yaitu cahaya yang senantiasa menerangiku dari kegelapan.

Di negeri ini saya melihat sepanggal surga yang yang kuasa titipkan untuk kita yang masih diberi nafas kehidupan. Ada air sungai yang mengalir, pohon-pohon tumbuh subur diatas tanah. Burung-burung terus berkicau dikala menyambut sang fajar dan ikan-ikan yang terus berenang dalam mengarungi samudera biru.

Tuhan engkaulah sang raja yang mesti saya sembah di bawah payung langitmu engkau titipkan surga dan neraka agar aku tak serakah. Tidur diatas tanggamu dan makan di dalam rumahmu, ketika siang aku seperti burung yang melayang meninggalkan sarangnya. Disaat malam saya seperti kelelawar berkumpul mencari mangsa, hari-hari saya seperti binatang yang hidup tak berarah.

Hidup dalam kemewahan memperlihatkan kita kesempatan untuk berbuat serakah, agar kemana aku pergi engkau senantiasa menemaniku dalam doa. Wahai Tuhanku, engkaulah pemilik cinta yang bijaksana supaya saya masih bisa hidup dan melihatmu tertawa seperti sediakala. Tertawa dan tersenyum ketika aku keluar dari rahimmu, kasih sayang dan ketulusan cintamu memberiku kekuatan untuk terus hidup. Terkadang keramaian membuat kita lupa selaku mahluk yang berdosa, maut membuatku sadar bahwa saya hanya bangkai yang hidup di bumi untuk sementara.

Lihat juga : Imajinasi liar yang Menggila

Setiap peristiwa akan menjadi sejarah dikala kita sudah tiada, dan Dunia akan binasa bila telah datang pada waktunya. Hari ini mungkin kita masih mampu bernafas tapi hari esok semua akan menjadi bangkai yang bersarakan diatas tanah, layaknya daun kering jatuh ke bumi. Semoga kemewahan dunia tidak membuat kita lupa jalan pulang karena semua materi akan binasa, tersisa hanyalah cinta yang baka.

Penulis: Sarifudin Tidore (Ucen Albiir)

Sumber https://www.atobasahona.com/

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama