Wanita Dalam Lingkungan Hegemoni Budaya Dan Media (Pembicara)

Pada tanggal 31 Desember 2017 aku diundang oleh sobat-teman pengelola Hmi MPO Cabang Manado untuk menjadi pembicara dengan bahan wacana wanita dalam lingkungan hegemoni budaya dan media dalam aktivitas Penataran Korps HmI Wati (KOHATI) yang ialah tubuh khusus (Himpunan Mahasiswa Islam) HmI yang bertugas membina, berbagi dan meningkatkan kesempatanHmI-Wati dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan.

Perbedaan Gadis, Wanita dan Perempuan

Diawal pemaparan materi yang aku sampaikan, dimulai dari menggelitik kembali apa itu perbedaan antara gadis, perempuan dan perempuan alasannya forum penataran ketika itu khusus untuk keperempuanan. Berbagai argumen disampaikan oleh beberapa penerima penataran dan hal itu mengindikasikan bahwa mereka memang mengerti perbedaan di atas.

Kesimpulannya perempuan ialah kata umum dan berlaku dalam berbagai bidang penyebutan, gadis ialah perempuan yang belum menikah sedangkan wanita merupakan wanita yang telah menikah dan memiliki pekerjaan atau profesi tertentu sehingga muncul perumpamaan perempuan karir bukan wanita atau gadis karir. Saya menutup awal pembahasan di atas dengan ucapan supaya kalian semua menjadi perempuan yang kalian cita-citakan.

Pengertian Budaya Secara Umum

Pembahasan selanjutnya adalah wacana pemahaman budaya, hal ini untuk mengerti budaya bukan cuma secara defenisi tetapi juga budaya yang terjadi secara realistis. Budaya adalah suatu cara hidup yang meningkat dan dimiliki bersama oleh sebuah golongan orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Bahasa, sebagaimana juga tergolong budaya, merupakan bab tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, pertanda bahwa budaya itu dipelajari dan dinamis.

Inti dari pembahasan di atas yakni budaya ialah acara yang dinamis yang selalu terdapat pergeseran dari generasi ke generasi, misalnya bahasa tempat yang pada para leluhur terdahulu hingga kini kadang mengalami sedikit pergantian kata.

Namun, budaya ketimuran dalam hal ini Indonesia mempunyai budaya subtansial (mendasar) yakni saling menghormati, menghargai dan kekeluargaan sehingga dikenal dengan gotong-royong, mencium tangan orang renta dikala pamitan atau pulang ke tempat tinggal, menghargai orang yang lebih tua dari kita dan lain sebagainya. Budaya dasar inilah yang harus selalu dijaga dalam dinamisasi budaya itu sendiri selama peradaban berjalan. Kita selaku pelaku budaya saat ini memiliki tanggungjawab sosial untuk mewariskan budaya-budaya yang baik pada generasi berikutnya.

Saya mengajukan pertanyaan pada salah satu akseptor “ apakah anda mampu menggunakan bahasa kawasan anda dalam berkomunikasi dengan orang-orang di desa anda ?”

“tidak ka” jawabnya

“maka anda mesti mampu mempelajari bahasa daerah anda sendiri, sebab anda memiliki tanggungjawab untuk nantinya mengajarkan bahasa itu terhadap keturunan anda nantinya” saran saya sambil tersenyum.

Budaya yang Umum Terjadi di Indonesia

Pembahasan berlanjut hingga pada budaya yang biasa terjadi di Indonesia, dalam bahan yang saya siapkan tidak banyak membahasa terkait hal itu, hanya beberapa diantaranya :
  1. Budaya patriarki 
  2. Silsilah keturunan 
  3. Pembagian harta warisan 
  4. Pembagian peran pekerjaan/rumah tangga 
Diskusi panjang terjadi pada pembahasan poin pertama yaitu budaya pariarki yang ialah suatu tata cara sosial yang menempatkan kaum pria lebih tinggi dari pada kaum perempuan. Berbagai persepsi yang menolak dan menerima pun hadir dalam dialektika lembaga dengan macam-macam argumen akseptor.

Kesimpulannya ialah kita harus bijak dalam menyikapi segala bentuk budaya yang ada di Indonesia, kembali lagi pada dasar budaya kita ialah menjunjung tinggi nilai kekeluargaan sadari atau tidak tata cara patriarki itu tetap ada dan kita kerjakan walaupun tendensinya sungguh kecil. Selama suatu bentuk sistem budaya itu bermanfaat dan tenteram dalam kehidupan bagi aku baik saja untuk diterima.

Perempuan dalam Lingkungan Media

Media adalah alat (fasilitas ) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, telepon, poster, dan spanduk selaku pemberi berita terhadap penduduk dan selaku perantara dari satu pihak ke pihak yang lain. Media mempunyai 2 fungsi utama yaitu berita dan represif atau megarahankan.

Perempuan sering menjadi bahan eksploitasi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan menggunakan media. Misalnya sebuah perusahan memakai media untuk mempromosikan mobil, untuk memperbesar pesona maka disandingkan dengan seorang perempuan elok yang seksi. Padahal tidak ada keterkaitannya antara kendaraan beroda empat dan perempuan seksi, dapat menjadi masuk akal kalau wanita tersebut adalah sopir atau montir hehe.

Saya memfokuskan pada kemajuan media ketika ini, salah satunya media online tergolong di dalamnya media sosial. Harapan aku budaya media sosial dikala ini menjadi fenomena yang hebat. Maka gunakanlah media umum dengan baik dan bijak, contohnya jangan membuatkan informasi-gosip yang belum pasti kebenarannya (hoax). Jangan jangan menulis atau menerbitkan sesuatu yang bersifat negatif lewat media soasial karena hal-hal mampu mempengaruhi setiap orang-orang yang membacanya. Begitu juga sebaliknya sebarkanlah segala sesuatu yang konkret dengan begitu kita mejadi pelaku-pelaku budaya dikala ini yang bijak dan cerdas dalam mengikuti kemajuan teknologi alasannya perkembangan peradaban insan selalu diikuti dengan kemajuan ilmu wawasan dan teknologi.

Mari menjadi pelaku-pelaku budaya yang baik demi melahirkan generasi-generasi berikutnya yang lebih baik dalam lingkungan hegemoni budaya dan media.

Sumber https://www.atobasahona.com/

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama